Setiap tahun, masyarakat Desa Tongging menyambut datangnya masa tanam dengan sebuah tradisi adat yang penuh makna, yaitu Acara Sipahalima. Acara ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan, keselamatan, dan rezeki yang telah diberikan. Dalam suasana penuh kegembiraan, warga berkumpul di wisma adat desa, memainkan musik tradisional, menari bersama, serta menyembelih seekor kerbau sebagai simbol syukur dan doa agar hasil panen melimpah. Setelah itu, mereka menikmati makan bersama sebagai lambang persaudaraan dan kebersamaan antarwarga.
Menariknya, setiap marga di Tongging bergantian menjadi penanggung jawab pelaksanaan Acara Sipahalima. Adapun marga yang turut terlibat antara lain:
Munthe Siandjae
Simanihuruk Sijabat
Simarmata
Munthe Sianjulu
Silahisabungan
Bagi masyarakat perantau, Sipahalima menjadi momen istimewa untuk kembali ke kampung halaman dan mempererat tali kekeluargaan. Sementara bagi wisatawan, perayaan ini bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi juga pengalaman spiritual yang mengajarkan makna syukur, harmoni dengan alam, dan rasa hormat terhadap leluhur.
Namun di balik kemeriahan dan makna acara ini, masyarakat Tongging juga menyimpan sebuah kisah yang telah diceritakan secara turun-temurun. Dulu, pada saat perayaan Sipahalima, terjadi peristiwa yang tak pernah terlupakan. Seekor kerbau yang telah disembelih tiba-tiba bangkit kembali dan berlari dengan amukan tak terkendali. Dalam peristiwa itu, seorang pria bermarga Munthe Siandjae berambut panjang terseret oleh tanduk kerbau hingga menghilang. Warga yang melakukan pencarian hanya menemukan jejak darah di atas bukit, namun tubuh sang korban dan kerbau tidak ditemukan.
Sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan peristiwa tersebut, masyarakat kemudian mendirikan sebuah tugu di lokasi kejadian. Tugu ini kini menjadi simbol sejarah dan pengingat. Hingga kini, tradisi ini terus dilestarikan — bukan hanya sebagai ritual adat, tetapi juga sebagai daya tarik wisata budaya tahunan yang memperlihatkan betapa kuatnya nilai kebersamaan, rasa syukur, dan kearifan lokal masyarakat Tongging di antara keindahan alam Danau Toba.